Baca Juga
Hujan ?
Mengapa kau menyapaku sepagi ini ?
Layaknya orang special ucapkan selamat pagi
Per tetesnya mengandung sebuah arti
Pada siapa hati berasumsi ?
Pikiranku menuju satu kenangan
Pada masa yang penuh angan
Oh bukan. Ternyata semua pernah jadi kenyataan
Ku pinta hati tak usah lagi menangisi
Tetapi luka ini tak mampu ku tutupi
Pelangi ? ku mohon datanglah
Tutup kelabu agar jadi indah
Pelangi ? ingin aku bercerita
Tentang apa yang sedang ku rasa
Setajam ku menoreh warna
Sedalam itu kau tancapkan luka
Mengapa kau datang untuk berpamit ?
Sedangkan kopiku masih saja pahit
Bukan gula yang ku mau
Ku minta engkau saja temaniku
Hapus hujan ..
Beri aku senyuman seindah dulu
Wonosobo, 28 Maret 2016
22.31 WIB
{Sebut saja Mawar} - Dwi Zuliyanto
Kepergianmu adalah pertemuanku dengan kedewasaan.
Apa-apa yang membuatku terluka,
aku racik mereka dalam adukan kenangan yang berdusta.
Entah mengapa.
Kisah cinta yang berakhiran pahit,
selalu memicu diri agar tergar melawan sakit.
Tegar dan teguh.
Hujan badaipun aku lawan mereka dengan kukuh.
Banjir yang membasahi pipipun aku taklukan dengan luluh.
Mereka patuh.
Dan aku tidak terjatuh.
Wonosobo, 05 Januari 2018
19.30 WIB
Arisma Kunikmah
Berikut video puisinya :
Mengapa kau menyapaku sepagi ini ?
Layaknya orang special ucapkan selamat pagi
Per tetesnya mengandung sebuah arti
Pada siapa hati berasumsi ?
Pikiranku menuju satu kenangan
Pada masa yang penuh angan
Oh bukan. Ternyata semua pernah jadi kenyataan
Ku pinta hati tak usah lagi menangisi
Tetapi luka ini tak mampu ku tutupi
Pelangi ? ku mohon datanglah
Tutup kelabu agar jadi indah
Pelangi ? ingin aku bercerita
Tentang apa yang sedang ku rasa
Setajam ku menoreh warna
Sedalam itu kau tancapkan luka
Mengapa kau datang untuk berpamit ?
Sedangkan kopiku masih saja pahit
Bukan gula yang ku mau
Ku minta engkau saja temaniku
Hapus hujan ..
Beri aku senyuman seindah dulu
Wonosobo, 28 Maret 2016
22.31 WIB
{Sebut saja Mawar} - Dwi Zuliyanto
Kepergianmu adalah pertemuanku dengan kedewasaan.
Apa-apa yang membuatku terluka,
aku racik mereka dalam adukan kenangan yang berdusta.
Entah mengapa.
Kisah cinta yang berakhiran pahit,
selalu memicu diri agar tergar melawan sakit.
Tegar dan teguh.
Hujan badaipun aku lawan mereka dengan kukuh.
Banjir yang membasahi pipipun aku taklukan dengan luluh.
Mereka patuh.
Dan aku tidak terjatuh.
Wonosobo, 05 Januari 2018
19.30 WIB
Arisma Kunikmah
Berikut video puisinya :
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon